Powered By Blogger

Jumat, 06 November 2009

CARA ಬೆತೆರ್ನಕ್ ಸ್ಪಿ ಪೋತೊಂಗ್

I. PENDAHULUAN

Laju pertambahan penduduk yang terus meningkat menuntut ketersediaan akan daging yang terus meningkat pula. Sehubungan dengan hal tersebut, ternak sapi khususnya sapi potong merupakn salah satu sumber daya penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan penting artinya di dalam kehidupan masyarakat. Sebab sektor atau kelompopk ternak sapi bisa menghasilkan berbagai macam kebutuhan, terutama sebagai bahan makanan berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya seperti pupuk kandang, kulit, tulang dan lain sebagainya. Daging sangat besar manfaatnya bagi pemenuhan gizi berupa protein hewani.

Sapi sebgai salah satu hewan pemakan rumput sangat berperan sebagai pengumpul bahan bergizi rendah yang dirubah menjadi bahan bergizi tinggi, kemudian diteruskan kepada manusia dalam bentuk daging. Daging untuk pemenuhan gizi mulai meningkat dengan adanya istilah ”Balita” dan terangkatnya peranan gizi terhadap kualitas generasi penerus.

Jadi untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani dari daging ini kita khhususnya peternak perlu meningkatkan [roduksi daging. Perkembangan usaha penggemukan sapi didorong oleh permintaan daging yang terus menerus meningkat dari tahun ke tahun.



II. MEMILIH JENIS SAPI

Sapi-sapi lokal yang terdapat di Propinsi Banten kesemuanya dapat digunakan untuk usaha penggemukan. Akan tetapi tidaklah semua jenis sapi itu mempunyai prospek yang sama untuk digemukkan. Ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menentukan jenis sapi yang lebih prospektif untuk digemukkan.

Indikator-indikator tersebut adalah :

v Jumlah populasi

v Jumlah pertambahan populasi setiap tahun

v Penyebaran

v Produksi karkas dan

v Efisiensi penggunaan pakan

Jenis-jenis sapi potong yang biasa dipelihara adalah : sapi Bali, sapi Madura, sapi Ongole, sapi Peranakan ongole, sapi Charolois, sapi Hereford, sapi Brangus dan lain-lain.
dipelihara masyarakat



III. PEMELIHARAAN DAN UKURAN KANDANG

Dibandingkan dengan kandang sapi milik petani di Eropa, maka kandang sapi petani-petani di Propinsi Banten walaupun hanya terdiri dari tiang bambu, atap rumbia dan lantai yang dipadatkan, tetapi cukup baik. Ini disebabkan karena petani di Propinsi Banten hanya memilik sapi antara 3-4 ekor, dimana sapi-sapi tersebut hanya pada malam hari saja dipelihara dalam kandang, sedang pada siang hari ternak diikat di halaman rumah karena tidak dikerjakan atau digembalakan.

Setiap pagi bilamana sapi sudah dikeluarkan, maka kotoran dalam kandang dibersihkan bersama-sama sisa makanan diangkut dan dimasukkan ke dalam lubang yang telah disediakan, untuk kemudian dijadikan pupuk, sedang bekas-bekas urine disiram dengan abu dari api unggun. Tentang tempat makanan untuk ternak petani di Propinsi Banten tidak membutuhkan perlengkapan, oleh karena makanan yang diberikan adalah rumput, daun-daunan dan jerami, tidak pernah dan jarang sekali diberikan makanan konsetrat, kecuali sapi-sapi yang digemukkan. Makanan cukup diletakkan di tanah, bila perlu dibatasi dengan palang-palang dari bambu atau kayu.



Kandang untuk sapi potong hendaknya dibuat dari bahan-bahan yang murah tapi kuat, keadaannya harus terang dan pertukaran udara bebas. Atap dari genting/rumbia/ilalang. Lantai sebaiknya disemen atau sekurang-kurangnya tanah dipadatkan.



IV. MAKANAN

Sapi-sapi petani di Propinsi Banten diberi makan rumput, daun-daunan atau jerami. Umumnnya secara kualitas maupun kuantitas makanan sapi-sapi itu cukup baik. Ini dapat dilihat dari keadaan sapi-sapinya yang cukup segar, gemuk dan kesehatan baik.

Bila dipandang perli petani di Propinsi Banten menyediakan makanan untuk musim kemarau. Biasanya petani menyimpan jerami, penyimpanan makanan ini tidak perlu banyak karena ternak yang dipelihara hanya sebanyak 3-4 ekor.

Pakan untuk sapi potong dapat dikelompokkan menjadi :

a. Hijauan

Hijauan yang berkualitas baik (rumput unggul atau campuran rumput dengan hijauan kacang-kacangan) umumnya sudah dapat memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertunbuhan dan reproduksi yang normal sehingga pada pemeliharaan sapi dianjurkan lebih banyak menggunakan hijauan (85-100%), apabila hijauan banyak tersedia, pemberian konsentrat hanya dianjurkan untuk keadaan tertentu saja seperti saat sulit hijauan (di musim kemarau) atau untuk penggemukkan.

Contoh hijauan unggul :

v Rumput setaria

v Rumput gajah (Pennisetum purpureum)

v Rumput raja (Kinggrass)

v Rumput benggala (Panicum maximum)

v Rumput bede (Brachiaria decumbens)

v Lamtorogun(Leucaena leucocepala)

v Turi (Sesbania grandiflora)

v Gamal (Gliricidia maculata)

v Kaliandra

Contoh hijauan limbah pertanian :

v Jerami kacang panjang

v Jerami kedelai

v Jerami padi

v Jerami jagung

b. Konsentrat

Contoh konsentrat :

v Dedak padi

v Onggok (ampas singkong)

v Ampas tahu

v Dan lain-lain



c. Makanan tambahan

Contoh : vitamin, mineral dan urea

Secara umum makanan untuk seekor sapi setiap hari sebagai berikut :

- Hijauan :35-47 kg atau bervariasi menurut berat dan besar badan

- Konsentrat : 2-5 kg

- Makanan tambahan : 30-50 gram



V. KESEHATAN

Salah satu unsur perawatan yang juga tidak boleh diabaikan adalaj penjagaan kesehatan termasuk pula pencegahan masuknya penyakit ke peternakan.

Berbagai jenis penyakit pada sapi yang sering berjangkit baik yang menular ataupun yang tidak menular. Penyakit menular yang terjangkit pada umumnya menimbulkan kerugian besar bagi peternak dari tahun ke tahun ribuan ternak sapi menjadi korban penyakit radang limpa (Anthrax), ribuan ternak sapi lainnya kemudian terkena serangan penyakit mulut dan kuku, serta penyakit surra.

Beberapa jenis penyakit yang sering terjadi pada sapi potong adalah :

a. Anthrax (radang limpa)

b. Penyakit mulut dan kuku

c. Penyakit surra

d. Penyakit radang paha

e. Penyakit Bruccellosis (keguguran menular)

f. Kuku busuk (foot ror)

g. Cacing hati

h. Cacing perut

i. Dan lain-lain



VI. PERKEMBANGBIAKAN

Pada usaha ternak sapi potong yang sistem produksinya untuk menghasilkan anak-anak sapi yang hampir sama umurnya dalam jumlah yang besar untuk dijual sebagai anak sapi (Feeder Cattle), maka perkawinannya dilakukan secara musiman

Sapi potong mulai dewasa kelamin yaitu apabila mulai timbul oestrus (tanda-tanda birahi, bronst). Pada umur 8-12 bulan, tergantung pada bangsa-bangsa, makanan, dan lingkungannya.

Cara perkawinan pada sapi potong dapat dilakukan dengan pengaturan dan pengawasan sepenuhnya ooleh manusia yang disebut cara ”Hand Mating” yaitu pemeliharaan jantan dan betina dipisah dan bila ada betina yang bronst, diambilkan pejantanya agar mengawininya atau dilakukan perkawinan buatan atau dengan cara perkawinan bebas di padang rumput. Dimana sapi-sapi jantan dan betina yang sudah dewasa pada musim perkawinan dilepas bersama-sama, bila ada sapi-sapi betina yang bronst tanpa campur tangan si pemilik akan terjadi perkawinan.

Cara perkawinan inilah yang lazim dilakukan pada usaha sapi potong dimana perkawinan biasabya dilakukan secara musiman.



VII. PENGOLAHAN HASIL

Beragamnya jenis produk olahan ternak dengan nilai tambah yang tinggi memberikan kesempatan kepada masyarakat di Propinsi Banten untuk memilih berbagai alternatif. Jenis olahan dikembangkan sesuai dengan karakteristik dan minat masyarakat. Dibandingkan dengan produk olahan memiliki daya tahan yang lebih lama sehingga dapat mengurangi resiko akibat perubahan harga. Selain itu, dalam upaya turut menjaga kelestarian lingkungan, pengolahan produk sampingan seperti kulit, tulang dan darah dapat mengurangi resiko pencemaran lingkungan.

Penanganan yang cermat dan teliti sangat diperlukan dalam proses produksi untuk menghasilkan pruduk olahan sesuia dengan standar yang sngat erat kaitannya dengan mutu dan kesehatan produk yang dihasilkan. Hal ini menjadi kendala utama dalam memperkenalkan teknologi pengolahandi wilayah pedesaan, karena pengembangan agribisnin dan agroindustri peternakan dan hasil ikutannya belum berkembang dengan optimal di Propinsi Banten.

Hasil dari olahan ternak sapi potong diantaranya adalah :

a. daging bisa diolah sebagi dendeng, daging asap, sosis, bakso,abon, corned.

b. kulit bisa diolah sebagi bahan untuk pembuatan tas, sepatu, ikat pinggang.



VIII. PEMASARAN

Didalam pemasaran hasil sebaiknya dikoordinasikan oleh kelompok tani atau ternak KUD. Agar biaya yang dikeluarkan tidak terlalu banyak karena bisa ditanggung bersama-sama.

Pemasaran hasil sapi potong selain dipasarkan sebagai sapi potong berupa produk daging, juga sering dijual dalam keadaan hidup dan sebaiknya memilih standar harga per kilogram berat hidup.

Hasil panen ternak sapi potong dapat berupa daging dan kulit serta hasil sampingnya berupa pupuk tau gas bio.

TERNAK SAPI BAGIAN KE II


BUDIDAYA TERNAK SAPI POTONG
( Bos sp. )

1. SEJARAH SINGKAT Sapi yang ada sekarang ini berasal dari Homacodontidae yang
dijumpai pada babak Palaeoceen. Jenis-jenis primitifnya ditemukan pada babak
Plioceen di India. Sapi Bali yang banyak dijadikan komoditi daging/sapi potong
pada awalnya dikembangkan di Bali dan kemudian menyebar ke beberapa wilayah
seperti: Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi.

2. SENTRA PETERNAKAN Sapi Bali, sapi Ongole, sapi PO (peranakan ongole) dan
sapi Madura banyak terdapat di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi.
Sapi jenis Aberdeen angus banyak terdapat di Skotlandia. Sapi Simental banyak
terdapat di Swiss. Sapi Brahman berasal dari India dan banyak dikembangkan di
Amerika.

3. J E N I S Jenis-jenis sapi potong yang terdapat di Indonesia saat ini adalah
sapi asli Indonesia dan sapi yang diimpor. Dari jenis-jenis sapi potong itu,
masing-masing mempunyai sifat-sifat yang khas, baik ditinjau dari bentuk
luarnya (ukuran tubuh, warna bulu) maupun dari genetiknya (laju pertumbuhan).

Sapi-sapi Indonesia yang dijadikan sumber daging adalah sapi Bali, sapi Ongole,
sapi PO (peranakan ongole) dan sapi Madura. Selain itu juga sapi
Aceh yang banyak diekspor ke Malaysia (Pinang). Dari populasi sapi potong yang
ada, yang penyebarannya dianggap merata masing-masing adalah: sapi Bali, sapi
PO, Madura dan Brahman.

Sapi Bali berat badan mencapai 300-400 kg. dan persentase karkasnya 56,9%. Sapi
Aberdeen angus (Skotlandia) bulu berwarna hitam, tidak bertanduk, bentuk tubuh
rata seperti papan dan dagingnya padat, berat badan umur 1,5 tahun dapat
mencapai 650 kg, sehingga lebih cocok untuk dipelihara sebagai sapi potong.
Sapi Simental (Swiss) bertanduk kecil, bulu berwarna coklat muda atau
kekuning-kuningan. Pada bagian muka, lutut kebawah dan jenis gelambir, ujung
ekor berwarna putih.

Sapi Brahman (dari India), banyak dikembangkan di Amerika. Persentase karkasnya
45%. Keistimewaan sapi ini tidak terlalu selektif terhadap pakan yang
diberikan, jenis pakan (rumput dan pakan tambahan) apapun akan dimakannya,
termasuk pakan yang jelek sekalipun. Sapi potong ini juga lebih kebal terhadap
gigitan caplak dan nyamuk serta tahan panas.

4. MANFAAT Memelihara sapi potong sangat menguntungkan, karena tidak hanya
menghasilkan daging dan susu, tetapi juga menghasilkan pupuk kandang dan
sebagai tenaga kerja. Sapi juga dapat digunakan meranih gerobak, kotoran sapi
juga mempunyai nilai ekonomis, karena termasuk pupuk organik yang dibutuhkan
oleh semua jenis tumbuhan. Kotoran sapi dapat menjadi sumber hara yang dapat
memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi lebih gembur dan subur.

Semua organ tubuh sapi dapat dimanfaatkan antara lain:

1) Kulit, sebagai bahan industri tas, sepatu, ikat pinggang, topi, jaket.

2) Tulang, dapat diolah menjadi bahan bahan perekat/lem, tepung tulang dan
barang kerajinan

3) Tanduk, digunakan sebagai bahan kerajinan seperti: sisir, hiasan dinding dan
masih banyak manfaat sapi bagi kepentingan manusia.

5. PERSYARATAN LOKASI Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah
yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh
kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10
meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat
dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di
tengah sawah atau ladang.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah
sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada
satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda
penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling
bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk
jalan.

Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal
apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan
penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan
lebih besar sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih banyak.

Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai
penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan
dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas
kandang yang hangat.

Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan
terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahanbahan
lainnya.

Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5x2 m atau
2,5x2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8x2 m dan untuk anak sapi
cukup 1,5x1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di
sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%.
Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga
dataran tinggi (> 500 m).

Kandang untuk pemeliharaan sapi harus bersih dan tidak lembab. Pembuatan
kandang harus memperhatikan beberapa persyaratan pokok yang meliputi
konstruksi, letak, ukuran dan perlengkapan kandang.


1) Konstruksi dan letak kandang
Konstruksi kandang sapi seperti rumah kayu. Atap kandang berbentuk kuncup dan
salah satu/kedua sisinya miring. Lantai kandang dibuat padat, lebih tinggi dari
pada tanah sekelilingnya dan agak miring kearah selokan di luar kandang.
Maksudnya adalah agar air yang tampak, termasuk kencing sapi mudah mengalir ke
luar lantai kandang tetap kering. Bahan konstruksi kandang adalah kayu
gelondongan/papan yang berasal dari kayu yang kuat. Kandang sapi tidak boleh
tertutup rapat, tetapi agak terbuka agar sirkulasi udara didalamnya lancar.
Termasuk dalam rangkaian penyediaan pakan sapi adalah air minum yang bersih.
Air minum diberikan secara ad libitum, artinya harus tersedia dan tidak boleh
kehabisan setiap saat.
Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan
sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang. Pembuatan
kandang sapi dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah/ladang.

2) Ukuran Kandang
Sebelum membuat kandang sebaiknya diperhitungkan lebih dulu jumlah sapi yang
akan dipelihara. Ukuran kandang untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5 x 2
m. Sedangkan untuk seekor sapi betina dewasa adalah 1,8 x 2 m dan untuk seekor
anak sapi cukup 1,5x1 m. 3) Perlengkapan Kandang
Termasuk dalam perlengkapan kandang adalah tempat pakan dan minum, yang
sebaiknya dibuat di luar kandang, tetapi masih dibawah atap. Tempat pakan
dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak/
tercampur kotoran. Tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen
dan sedikit lebih tinggi dari pada permukaan lantai.

Dengan demikian kotoran dan air kencing tidak tercampur didalamnya.
Perlengkapan lain yang perlu disediakan adalah sapu, sikat, sekop, sabit, dan
tempat untuk memandikan sapi. Semua peralatan tersebut adalah untuk
membersihkan kandang agar sapi terhindar dari gangguan penyakit sekaligus bisa
dipakai untuk memandikan sapi.



6.2. Pembibitan


Syarat ternak yang harus diperhatikan adalah:
1) Mempunyai tanda telinga, artinya pedet tersebut telah terdaftar dan lengkap
silsilahnya.

2) Matanya tampak cerah dan bersih.

3) Tidak terdapat tanda-tanda sering butuh, terganggu pernafasannya serta dari
hidung tidak keluar lendir.

4) Kukunya tidak terasa panas bila diraba.

5) Tidak terlihat adanya eksternal parasit pada kulit dan bulunya.

6) Tidak terdapat adanya tanda-tanda mencret pada bagian ekor dan dubur.

7) Tidak ada tanda-tanda kerusakan kulit dan kerontokan bulu.

8) Pusarnya bersih dan kering, bila masih lunak dan tidak berbulu menandakan
bahwa pedet masih berumur kurang lebih dua hari.


Untuk menghasilkan daging, pilihlah tipe sapi yang cocok yaitu jenis sapi Bali,
sapi Brahman, sapi PO, dan sapi yang cocok serta banyak dijumpai di daerah
setempat. Ciri-ciri sapi potong tipe pedaging adalah sebagai berikut:
1) tubuh dalam, besar, berbentuk persegi empat/bola. 2) kualitas dagingnya
maksimum dan mudah dipasarkan. 3) laju pertumbuhannya relatif cepat. 4)
efisiensi bahannya tinggi.

6.3. Pemeliharaan
Pemeliharaan sapi potong mencakup penyediaan pakan (ransum) dan pengelolaan
kandang. Fungsi kandang dalam pemeliharaan sapi adalah :
a) Melindungi sapi dari hujan dan panas matahari.
b) Mempermudah perawatan dan pemantauan.
c) Menjaga keamanan dan kesehatan sapi.

Pakan merupakan sumber energi utama untuk pertumbuhan dan pembangkit tenaga..
Makin baik mutu dan jumlah pakan yang diberikan, makin besar tenaga yang
ditimbulkan dan masih besar pula energi yang tersimpan dalam bentuk daging.

Sanitasi dan Tindakan Preventif
Pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak
mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya sulit
dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas.

Pemberian Pakan
Pada umumnya, setiap sapi membutuhkan makanan berupa hijauan. Sapi dalam masa
pertumbuhan, sedang menyusui, dan supaya tidak jenuh memerlukan pakan yang
memadai dari segi kualitas maupun kuantitasnya.

Pemberian pakan dapat dilakukan dengan 3 cara: yaitu penggembalaan (Pasture
fattening), kereman (dry lot faatening) dan kombinasi cara pertama dan kedua.

Penggembalaan dilakukan dengan melepas sapi-sapi di padang rumput, yang
biasanya dilakukan di daerah yang mempunyai tempat penggembalaan cukup luas,
dan memerlukan waktu sekitar 5-7 jam per hari. Dengan cara ini, maka tidak
memerlukan ransum tambahan pakan penguat karena sapi telah memakan
bermacam-macam jenis rumput.

Pakan dapat diberikan dengan cara dijatah/disuguhkan yang yang dikenal dengan
istilah kereman. Sapi yang dikandangkan dan pakan diperoleh dari ladang,
sawah/tempat lain. Setiap hari sapi memerlukan pakan kira-kira sebanyak 10%
dari berat badannya dan juga pakan tambahan 1% - 2% dari berat badan. Ransum
tambahan berupa dedak halus atau bekatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu.
yang diberikan dengan cara dicampurkan dalam rumput ditempat pakan. Selain itu,
dapat ditambah mineral sebagai penguat berupa garam dapur, kapus. Pakan sapi
dalam bentuk campuran dengan jumlah dan perbandingan tertentu ini dikenal
dengan istilah ransum.

Pemberian pakan sapi yang terbaik adalah kombinasi antara penggembalaan dan
keraman. Menurut keadaannya, jenis hijauan dibagi
menjadi 3 katagori, yaitu hijauan segar, hijauan kering, dan silase. Macam
hijauan segar adalah rumput-rumputan, kacang-kacangan (legu minosa) dan tanaman
hijau lainnya. Rumput yang baik untuk pakan sapi adalah rumput gajah, rumput
raja (king grass), daun turi, daun lamtoro.

Hijauan kering berasal dari hijauan segar yang sengaja dikeringkan dengan
tujuan agar tahan disimpan lebih lama. Termasuk dalam hijauan kering adalah
jerami padi, jerami kacang tanah, jerami jagung, dsb. yang biasa digunakan pada
musim kemarau. Hijauan ini tergolong jenis pakan yang banyak mengandung serat
kasar.

Hijauan segar dapat diawetkan menjadi silase. Secara singkat pembuatan silase
ini dapat dijelaskan sebagai berikut: hijauan yang akan dibuat silase ditutup
rapat, sehingga terjadi proses fermentasi. Hasil dari proses inilah yang
disebut silase. Contoh-contoh silase yang telah memasyarakat antara lain silase
jagung, silase rumput, silase jerami padi, dll.

Pemeliharaan Kandang
Kotoran ditimbun di tempat lain agar mengalami proses fermentasi (+1-2 minggu)
dan berubah menjadi pupuk kandang yang sudah matang dan baik. Kandang sapi
tidak boleh tertutup rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udara didalamnya
berjalan lancar.

Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan minum
sebaiknya dibuat di luar kandang tetapi masih di bawah atap. Tempat pakan
dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak atau
tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat permanen
berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan
pula peralatan untuk memandikan sapi.


7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Penyakit
1. Penyakit antraks
Penyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung,
makanan/minuman atau pernafasan.
Gejala: (1) demam tinggi, badan lemah dan gemetar; (2) gangguan pernafasan; (3)
pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul; (4)
kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga,
mulut, anus dan vagina; (5) kotoran ternak cair dan sering bercampur darah; (6)
limpa bengkak dan berwarna kehitaman.
Pengendalian: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang
terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati.

2. Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae epizootica (AE)
Penyebab: virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air
susu, air liur dan benda lain yang tercemar kuman AE.
Gejala: (1) rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh serta
terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening; (2) demam atau panas, suhu
badan menurun drastis; (3) nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama
sekali; (4) air liur keluar berlebihan.
Pengendalian: vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara
terpisah.

3. Penyakit ngorok/mendekur atau penyakit Septichaema epizootica (SE)
Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan
minuman yang tercemar bakteri.
Gejala: (1) kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah
dan kebiruan; (2) leher, anus, dan vulva membengkak; (3) paru-paru meradang,
selaput lendir usus dan perut masam dan berwarna merah tua; (4) demam dan sulit
bernafas sehingga mirip orang yang ngorok. Dalam keadaan sangat parah, sapi
akan mati dalam waktu antara 12-36 jam.
Pengendalian: vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa.

4. Penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot)
Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor.
Gejala: (1) mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih
keruh; (2) kulit kuku mengelupas; (3) tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa
sakit; (4) sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh.

7.2. Pengendalian
Pengendalian penyakit sapi yang paling baik menjaga kesehatan sapi dengan
tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan untuk menjaga kesehatan sapi adalah:
1. Menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya, termasuk memandikan sapi.
2. Sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi sehat dan segera dilakukan
pengobatan.

3. Mengusakan lantai kandang selalu kering.

4. Memeriksa kesehatan sapi secara teratur dan dilakukan vaksinasi sesuai
petunjuk.



8. P A N E N

8.1. Hasil Utama
Hasil utama dari budidaya sapi potong adalah dagingnya

8.2. Hasil Tambahan
Selain daging yang menjadi hasil budidaya, kulit dan kotorannya juga sebagai
hasil tambahan dari budidaya sapi potong.



9. PASCA PANEN

9.1. Stoving
Ada beberapa prinsip teknis yang harus diperhatikan dalam pemotongan sapi agar
diperoleh hasil pemotongan yang baik, yaitu:
1. Ternak sapi harus diistirahatkan sebelum pemotongan
2. Ternak sapi harus bersih, bebas dari tanah dan kotoran lain yang dapat
mencemari daging.

3. Pemotongan ternak harus dilakukan secepat mungkin, dan rasa sakit yang
diderita ternak diusahakan sekecil mungkin dan darah harus keluar secara
tuntas.

4. Semua proses yang digunakan harus dirancang untuk mengurangi jumlah dan
jenis mikroorganisme pencemar seminimal mungkin.



9.2. Pengulitan
Pengulitan pada sapi yang telah disembelih dapat dilakukan dengan menggunakan
pisau tumpul atau kikir agar kulit tidak rusak. Kulit sapi
dibersihkan dari daging, lemak, noda darah atau kotoran yang menempel. Jika
sudah bersih, dengan alat perentang yang dibuat dari kayu, kulit sapi dijemur
dalam keadaan terbentang. Posisi yang paling baik untuk penjemuran dengan sinar
matahari adalah dalam posisi sudut 45 derajat.

9.3. Pengeluaran Jeroan
Setelah sapi dikuliti, isi perut (visceral) atau yang sering disebut dengan
jeroan dikeluarkan dengan cara menyayat karkas (daging) pada bagian perut sapi.

9.4. Pemotongan Karkas
Akhir dari suatu peternakan sapi potong adalah menghasilkan karkas berkualitas
dan berkuantitas tinggi sehingga recahan daging yang dapat dikonsumsipun
tinggi. Seekor ternak sapi dianggap baik apabila dapat menghasilkan karkas
sebesar 59% dari bobot tubuh sapi tersebut dan akhirnya akan diperoleh 46,50%
recahan daging yang dapat dikonsumsi. Sehingga dapat dikatakan bahwa dari
seekor sapi yang dipotong tidak akan seluruhnya menjadi karkas dan dari seluruh
karkas tidak akan seluruhnya menghasilkan daging yang dapat dikonsumsi manusia.
Oleh karena itu, untuk menduga hasil karkas dan daging yang akan diperoleh,
dilakukan penilaian dahulu sebelum ternak sapi potong. Di negara maju terdapat
spesifikasi untuk pengkelasan (grading) terhadap steer, heifer dan cow yang
akan dipotong.

Karkas dibelah menjadi dua bagian yaitu karkas tubuh bagian kiri dan karkas
tubuh bagian kanan. Karkas dipotong-potong menjadi sub-bagian leher, paha
depan, paha belakang, rusuk dan punggung. Potongan tersebut dipisahkan menjadi
komponen daging, lemak, tulang dan tendon. Pemotongan karkas harus mendapat
penanganan yang baik supaya tidak cepat menjadi rusak, terutama kualitas dan
hygienitasnya. Sebab kondisi karkas dipengaruhi oleh peran mikroorganisme
selama proses pemotongan dan pengeluaran jeroan.

Daging dari karkas mempunyai beberapa golongan kualitas kelas sesuai dengan
lokasinya pada rangka tubuh. Daging kualitas pertama adalah daging di daerah
paha (round) kurang lebih 20%, nomor dua adalah daging daerah pinggang (loin),
lebih kurang 17%, nomor tiga adalah daging daerah punggung dan tulang rusuk
(rib) kurang lebih 9%, nomor empat adalah daging daerah bahu (chuck) lebih
kurang 26%, nomor lima adalah daging daerah dada (brisk) lebih kurang 5%, nomor
enam daging daerah perut (frank) lebih kurang 4%, nomor tujuh adalah daging
daerah rusuk bagian bawah sampai perut bagian bawah (plate & suet) lebih kurang
11%, dan nomor delapan adalah daging bagian kaki depan (foreshank) lebih kurang
2,1%. Persentase bagian-bagian dari karkas tersebut di atas dihitung dari berat
karkas (100%).

Persentase recahan karkas dihitung sebagai berikut:
Persentase recahan karkas = Jumlah berat recahan / berat karkas x 100 %
Istilah untuk sisa karkas yang dapat dimakan disebut edible offal, sedangkan
yang tidak dapat dimakan disebut inedible offal (misalnya: tanduk, bulu,
saluran kemih, dan bagian lain yang tidak dapat dimakan).



10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya sapi potong kereman setahun di Bangli skala 25 ekor
pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:

1) Biaya Produksi
a. Pembelian 25 ekor bakalan : 25 x 250 kg x Rp. 7.800,- Rp. 48.750.000,- b.
Kandang Rp. 1.000.000,- c. Pakan
- Hijauan: 25 x 35 kg x Rp.37,50 x 365 hari
- Konsentrat: 25 x 2kg x Rp. 410,- x 365 hari
Rp. 12.000.000,-
Rp. 7.482.500,- d. Retribusi kesehatan ternak: 25 x Rp. 3.000,- Rp. 75.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 69.307.500,-

2) Pendapatan
a. Penjualan sapi kereman
Tambahan >Rp. 75.000,- Jumlah biaya produksi Rp. 69.307.500,-

2) Pendapatan
a. Penjualan sapi kereman
Tambahan berat badan: 25 x 365 x 0,8 kg = 7.300 kg
Berat sapi setelah setahun: (25 x 250 kg) + 7.300 kg = 13.550 kg
Harga jual sapi hidup: Rp. 8.200,-/kg x 13.550 kg

Rp. 111.110.000,- b. Penjualan kotoran basah: 25 x 365 x 10 kg x Rp. 12,- Rp.
1.095.000,- Jumlah pendapatan Rp. 112.205.000,-


3) Keuntungan
a. Tanpa memperhitungkan biaya tenaga internal keuntungan Penggemukan 25 ekor
sapi selama setahun. Rp. 42.897.500,-


4) Parameter kelayakan usaha
a. B/C ratio = 1,61 10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Sapi potong mempunyai potensi ekonomi yang tinggi baik sebagai ternak potong
maupun ternak bibit. Selama ini sapi potong dapat mempunyai kebutuhan daging
untuk lokal seperti rumah tangga, hotel, restoran, industri pengolahan,
perdagangan antar pulau. Pasaran utamanya adalah kota-kota besar seperti kota
metropolitan Jakarta.

Konsumen untuk daging di Indonesia dapat digolongkan ke dalam beberapa segmen
yaitu :


a) Konsumen Akhir
Konsumen akhir, atau disebut konsumen rumah tangga adalah pembeli-pembeli yang
membeli untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan individunya. Golongan ini
mencakup porsi yang paling besar dalam konsumsi daging, diperkirakan mencapai
98% dari konsumsi total.

Mereka ini dapat dikelompokkan lagi ke dalam ova sub segmen yaitu :

1. Konsumen dalam negeri ( Golongan menengah keatas )
Segmen ini merupakan segmen terbesar yang kebutuhan dagingnya kebanyakan
dipenuhi dari pasokan dalam negeri yang masih belum memperhatikan kualitas
tertentu sebagai persyaratan kesehatan maupun selera.


2. Konsumen asing
Konsumen asing yang mencakup keluarga-keluarga diplomat, karyawan perusahaan
dan sebagian pelancong ini porsinya relatif kecil dan tidak signifikan. Di
samping itu juga kemungkinan terdapat konsumen manca negara yang selama ini
belum terjangkau oleh pemasok dalam negeri, artinya ekspor belum dilakukan/jika
dilakukan porsinya tidak signifikan.


b) Konsumen Industri
Konsumen industri merupakan pembeli-pembeli yang menggunakan daging untuk
diolah kembali menjadi produk lain dan dijual lagi guna mendapatkan laba.
Konsumen ini terutama meliputi: hotel dan restauran dan yang jumlahnya semakin
meningkat
Adapun mengenai tata niaga daging di negara kita diatur dalam inpres nomor 4
tahun 1985 mengenai kebijakansanakan kelancaran arus barang untuk menunjang
kegiatan ekonomi.

Di Indonesia terdapat 3 organisasi yang bertindak seperti pemasok daging yaitu :
a) KOPPHI (Koperasi Pemotongan Hewan Indonesia), yang mewakili pemasok produksi
peternakan rakyat.
b) APFINDO (Asosiasi Peternak Feedlot (penggemukan) Indonesia), yang mewakili
peternak penggemukan c) ASPIDI (Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia).

11. DAFTAR PUSTAKA 1. Abbas Siregar Djarijah. 1996, Usaha Ternak Sapi,
Kanisius, Yogyakarta. 2. Yusni Bandini. 1997, Sapi Bali, Penebar Swadaya,
Jakarta. 3. Teuku Nusyirwan Jacoeb dan Sayid Munandar. 1991, Petunjuk Teknis
Pemeliharaan Sapi Potong, Direktorat Bina Produksi Peternaka 4. Direktorat
Jenderal Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta Undang Santosa. 1995, Tata
Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi, Penebar Swadaya, Jakarta. 5. Lokakarya
Nasional Manajemen Industri Peternakan. 24 Januari 1994,Program Magister
Manajemen UGM, Yogyakarta. 6. Kohl, RL. and J.N. Uhl. 1986, Marketing of
Agricultural Products, 5 th ed, Macmillan Publishing Co, New York.

12. KONTAK HUBUNGAN 1. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan -
BAPPENAS
Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829 2. Kantor
Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta
10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web:
http://www.ristek.go.id

Sabtu, 14 Februari 2009

Kamis, 05 Februari 2009

कोतोर्न्य तनह अदलाह सेसुअप नासी

KOTORNYA TANAH ADALAH SESUAP NASI


Tanah atau sering disebut taneuh dalam bahasa sunda bagaikan teman bagi para pengrajin bata di daerah Pataruman KOTA BANJAR. Di daerah itulah dimana aku dilahirkan di tengah-tengah sentuhan keluarga yang selalu hangat yang membuatku takan melupakan asal mula diriku. Sekarang aku sedang melanjutkan sekolah di salah satu PTN di Bandung tepatnya UNPAD Fakultas Peternakan. Aku mulai hidup 3 April 1990 dilahirkan sebagai anak ke-2 dari 3 bersaudara membuat ku serasa lengkap semua kehidupanku mempunyai kedua orang tua, kakak, dan adik. Kehidupan masa kecilku begitu menyenangkan penuh dengan canda tawa, permainan, dan kesedihan mungkin itu sudah merupkan satu paket dalam kehidupan.

Sejak lahir adiku (Evi Kurnia, 29 April 2000) orang tua saya yang tadinya kerja sebagai buruh batu bata yang jauh dari rumah berpindah kerjanya dekat dengan rumah। Disitu lah aku mulai mengenal yang namanya batu bata, awal nya karena ingin membantu orang tua saya pun mencoba untuk membuat bata. Pertama yang menjadi kendala bagi saya yaitu beban batu bata, maklum waktu itu baru berumur 10 tahun. Orang tua akhirnya memperbolehkan untuk membantunya, masa anak buruh batu bata tidak bisa membuat bata......apa kata dunia!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!....................................


Tahun demi tahun terus berjalan, ekonomi keluarga ortu mulai menipis karena terus membiayai sekolah aku dan kakak (Rusadi 1977) Kakaku sekarang sudah sukses dia bekerja disebuah perusahaan bidang peternakan (PT. CPJF) sebagai manager. Karena waktu itu perekonomian keluarga kami sedang parah, akhirnya saya selalu membantu orang tua setiap sepulang sekolah. Dari umur 10 tahun aku sudah terbiasa dengan yang namanya batu bata yang membuatku tidak canggung lagi dengan kerja keras.


Tanah yang menjadi bahan baku untuk pembuatan batu bata tidaklah gratis kami harus membelinya dari seorang penjual tanah yang dijual tiap satu mobil bak. Kemudian tanah diluluh sebutan untuk tanah yang sedang diolah menggunakan kaki yang di injak-injak, adapun cara yang lebih modern yaitu menggunakan mesin penggiling tanah. Setelah tanah itu diolah yang kemudian menjadi luluhan kemudian ibu-ibu yang ikut ambil bagian untuk membuat bata dengan cara mencetak batu bata. Ibu-ibu tersebut biasanya para janda yang bekerja untuk mendapatkan sesuap nasi. Lalu sesudah tanah liat (luluhan) itu dicetak kemudian dibiarkan agak keras sedikit yang kemudian akan diangkat (nyanden) yang disusun di sebuah candenan.
Apabila batu bata yng di candenan sudah kering maka akan diangkut ke tempat untuk membakar bata (tobong).

Sejak itulah saya kehilangan masa remaja saya karena sibuk membantu orang tua dari pulang sekolah sampai malam, anak-anak seusiaku waktu itu mungkin sedang asyik-asyiknya bermain dengan teman sebayanya. Yang menyebabkan selalu merasa minder akan teman sebaya, dan terbawa sampai saat ini. Disitulah saya sering melamun karena waktu luang bagi saya hanya malam hari sehingga jarang bergaul dengan dunia luar. Mungkin bagi dunia luar aku terlihat aneh karena apabila bertemu dengan orang lain saya lebih suka berdiam diri tidak suka berbicara dan lebih lebih sering murung.

Sebenarnya ada untungnya juga saya bekerja sebagai buruh bata, aku jarang sakit dan mendapat penghasilan sendiri. Seringku selalu mencari uang sendiri karena uang saku yang diberikan dari orang tua tidaklah cukup. Setiap ada waktu luang yaitu malam hari saya suka keluar untuk mencari pekerjaan yaitu muat (memindahkan batu bata dari tobong ke dalam mobil), menurunkan kayu dari mobil, ikut bongkar batu bata dari mobil, ikut menaikan tanah kedalam mobil, itu berlangsung sampai tengah malam sambil menyelinap keluar masuk rumah yang penting waktu itu saya bisa mendaptkan uang untuk kebutuhan saya.






(gambar batu bata yang sedang ditutup plastik di latar)









(gambar seseorang yang sedang mnyusun batu bata (nyanden)







(gambar seorang wanita yang sedang menggiling tanah menggunakan mesin)


Minggu, 04 Januari 2009

ku percaya akan kehadiran-Mu

Pernah ku prustasi akan kehidupan yang selam ini ku jalani.
ku selalu ragu akan menapak bumi, hingga suatu saat ku tidak ragu lagi akan hidup karena ku percaya akan kehadiran-Mu yang selalu ada di sisi ku setiap saat.

Jumat, 12 Desember 2008

syarat-syarat pemerhan sapi perah

Setiap peternak sapi perah dalam melakukan pemerahan harus berupaya untuk mendapatkan hasil susu yang bersih dan sehat. Oleh karena itu peternak ataupun petugas pemerah harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

  1. Pemeriksaan kesehatan sapi yang akan diperah

Semua sapi yang akan diperah harus diperiksa kemungkinan adanya penyakit menular yang berbahaya bagi para konsumen. Penyakit-penyakit tersebut antara lain: TBC, Brucellosis, Mastitis.

TBC dan Brucellosis berbahaya bagi konsumen karena termasuk penyakit zoonosis, yakni penyakit yang dapat menular dari manusia kepada manusia dan dari manusia kepada hewan. Sedangkan Mastitis membahayakan konsumen karena toxinnya yang terkandung di dalam air susu yang terinfeksi. Oleh karena itu, air susu dari sapi yang menderita Mastitis tidak boleh dikonsumsi.

  1. Kesehatan Petugas

Setiap petugas pemerah ataupun yang akan berhubungan dengan proses pengolahan susu harus dalam kondisi yang sehat dan bersih. Oleh karena itu, semua petugas yang akan terjun di lapangan pemerahan ataupun pengolahan hasil susu perlu:

- Mencuci tangan dengan deterjen atau air sabun yang hangat hingga bersih. Kemudian tangan dikeringkan dengan kain lap

- Kuku-kuku tangan yang panjang harus dipotong, sehingga tangan menjadi bersih dan tidak melukai puting sapi.

  1. Kebersihan tempat dan peralatan yang akan dipakai.

Kebersihan tempat dan peralatan yang dipakai sangat mempengaruhi kebersihan dan kesehatan air susu. Tempat dan peralatan yang kotor dan berbau busuk akan mencemari air susu sehingga mempercepat proses pembusukan, air susu menjadi asam atau rusak. Itulah sebabnya, tempat dan peralatan yang akan dipakai harus benar-benar bersih dan higienis.

  1. Kebersihan Sapi

Sapi yang akan diperah juga harus dalam keadaan bersih. Tempat dan peralatan yang bersih akan percuma kalau sapi itu sendiri kotor. Semua kotoran yang melekat pada tubuh sapi akan mengotori hasil susu. Air susu yang tercemar akan mudah rusak. Hanya sapi-sapi yang bersihlah yang akan menghasilkan air susu yang sehat. Itulah sebabnya, semua sapi yang akan diperah harus dimandikan terlebih dahulu, paling tidak bagian-bagian tubuh tertentu seperti pada lipatan paha, ambing, dan puting.

  1. Kebersihan kamar susu

Kamar tempat penampungan susu harus bersih. Sebab, di dalam kamar ini susu akan diproses lebih lanjut dan disimpan beberapa waktu. Kamar susu yang baik harus terletak di suatu tempat yang terpisah dengan kandang. Oleh karena itu, kamar susu tersebut harus selalu dalam keadaan bersih, terhindar dari lalat, jauh dari timbunan sampah, ventilasi sempurna, dan drainase di sekitar baik.

  1. Pemerahan dilakukan dalam waktu tertentu

Walaupun sapi bisa diperah lebih dari dua kali sehari pada setiap saat, namun pemerahan yang baik adalah pada jadwal waktu pemerahan secara teratur, sehingga tidak menimbulkan stres pada sapi yang diperah.

Apabila sapi itu sehari diperah dua kali, pagi pada jam 5 dan sore pada jam 15, maka jadwal tersebut harus dipertahankan. Dengan demikian sapi yang bersangkutan akhirnya memiliki kebiasaan kapan ia harus dimandikan, kapan ia harus makan dan kapan pula ia harus siap diperah.

2. HAL-HAL YANG PERLU DIPERSIAPKAN DALAM PEMERAHAN

Persiapan pemerahan yang perlu diperhatikan oleh para petugas antara lain adalah menenangkan sapi yang akan diperah, membersihkan kandang, membersihkan bagian tubuh bagi sapi yang akan diperah, mengikat sapi, pencucian tangan petugas dan upaya melicinkan puting.

  1. Menenangkan sapi

Dalam rangka pemerahan, langkah pertama yang harus diperhatikan adalah usaha menenangkan sapi yang akan diperah supaya proses pemerahan dapat dilakukan dengan lancar. Usaha untuk menenangkan sapi pada umumnya ditempuh dengan cara:

- Memberikan makanan penguat terlebih dahulu bagi sapi-sapi yang akan diperah.

- Petugas mengadakan pendekatan dengan cara memegang-megang bagian tubuh sapi

- Menghindarkan lingkungan kandang terjadi kegaduhan seperti adanya sekelompok tamu masuk ke dalam kandang, atau berlalu-lalang di sekitar kandang, suara-suara asing yang mengejutkan, dan lain sebagainya.

  1. Membersihkan kandang dan bagian tubuh sapi

Usaha membersihkan kandang dan bagian tubuh sapi berkaitan erat dengan kebersihan dan kesehatan hasil susu yang akan dipasarkan kepada para konsumen. Usaha membersihkan tempat/kandang dan bagian-bagian tubuh sapi yang dapat mengotori hasil pemerahan dapat dilakukan dengan cara:

- Mencuci lantai kandang dengan menyemprotkan air yang bertekanan tinggi. Dengan cara demikian sisa-sisa makanan yang telah basi dan berbau tercuci bersih, sehingga susu tidak tercemari oleh kotran yang berada di dalam kandang.

- Apabila menjelang pemerahan sapi belum sempat dimandikan, maka kotoran yang melekat pada bagian-bagian tubuh tertentu seperti pada lipatan paha, ambing, dan puting dicuci terlebih dahulu.

- Mencuci ambing dan puting dengan air hanga tdan desinfektan; ambing digosok dengan spon, kemudian dikeringkan dengan kain lap yang lunak. Pada saat itu ambing sedikit dimasase pelan-pelan. Pencucian ambing dengan air hangat dan desinfektan ini ialah untuk menjaga kebersihan air susu dan mengurangi pencemaran. Sedangkan dilakukan masase adalah untuk merangsang keluarnya air susu.

- Setelah puting dikeringkan dengan kain satu per satu, kemudian satu atau dua pancaran perahan awal (stripping) dari setiap puting dibuang atau ditampung di tempat tertentu untuk pengamanan. Air susu hasil stripping itu kotor, maka tidak boleh dicampur dengan hasil susu perahan berikutnya yang bersih. Sehabis dilakukan pemerahan saluran susu pada puting selalu terbuka, maka harus diusahakan agar tidak kemasukan kotoran ataupun bakteri.

Sebagian hasil stripping juga dapat ditampung di kertas hitam atau cawan untuk pemeriksaan adanya bakteri dan kotoran. Jika susu tadi terdapat gumpalan, darah atau suatu kelainan, dapat dipastikan bahwa susu hasil perahan tersebut kena infeksi mastitis. Hasil perahan yang terkena infeksi mastitis tidak boleh dicampur dengan air susu lainnya yang sehat. Sebab, air susu yang kena infeksi mastitis tidak boleh dikonsumsi.

  1. Mengikat sapi

Sapi yang akan diperah diikat dengan tali yhang pendek di suatu tempat yang sudah dipersiapkan. Tujuan pengikatan sapi ini adalah agar sapi tidak berontak.

Disamping sapi itu diikat, kaki belakang dan ekornya pun perlu diikat pula, terutama sapi-sapi yang nakal, suka berontak atau menyepak. Sedangkan pengikatan ekor dimaksudkan agar sapi tidak mengibas-ngibaskan ekornya sehingga mengotori air susu dalam ember. Caranya ialah ujung ekor diikat dengan salah satu kaki belakang. Dan apabila petugas memerah di sebelah kanan, maka pengikatan ekor berada di sebelah kiri.

  1. Mencuci tangan

Semua petugas yang akan melaksanakan pemerahan harus mencuci tangan terlebih dahulu dengan air bersih agar air susu hasil perahan sehat dan bersih, tidak tercemar oleh kotoran dari tangan pemerah. Menurut Prof. Dr. Soewarno T. Soekarno, pada telapak tangan manusia ada ribuan hingga puluhan ribu mikroorganisme per cm2. Pencucian tangan hendaknya menggunakan air hangat yang bersih, menggunakan sabun dan desinfektan. Kemudian dikeringkan dengan kain lap dan tangan diolesi dengan minyak kelapa, agar pemerahan dapat lebih lembut, sapi tidak merasa sakit.

  1. Melicinkan puting

Puting dari sapi yang akan diperah perlu diolesi minyak kelapa atau vaselin agar menjadi licin sehingga memudahkan proses pemerahan dan sapi tidak merasakan sakit. Jika puting licin dan tangan petugas pun lembut karena diolesi minyak, maka sapi yang diperah tidak akan berontak, terutama bagi sapi yang baru pertama kali berproduksi.

  1. Merangsang keluarnya air susu melalui pedet dan pemerahan bertahap

Khusus bagi sapi-sapi yang baru pertama kali berproduksi kadang-kadang masih sulit diperah. Jika petugas menghadapi kasus smacam itu dapat dicoba dengan cara:

- Menyusukan pedet pada induk yang akan diperah sebagai langkah awal pemerahan, sehingga proses pemerahan selanjutnya dapat dilaksanakan secara lancar

- Melakukan pemerahan bertahap, yakni sapi diperah sedikit demi sedikit. Dengan demikian sapi menjadi terbiasa untuk diperah. Bagi sapi-sapi yang telah terbiasa diperah jika didekati tenang dan siap untuk diperah.

Tahap- tahap persiapan pemerahan ini, lebih jelasnya dapat diperhatikan pada gambar 28

  1. Perlengkapan dan peralatan

Sebelum melaksanakan pemerahan, petugas harus mempersiapkan perlengkapan dan peralatan yang diperlukan terlebih dahulu. Perlengkapan dan peralatan tersebut antara lain: ember tempat pemerahan, tali pengikat kaki, tali pengikat ekor (jika hal ini diperlukan),milk-can untuk menmpung air susu, dan kain bersih untuk menyaring susu terhadap kotoran dan bulu sapi pada saat susu dituangkan ke dalam milk-can.

Semua alat yang digunakan sebelum dan sesudah dipakai harus selalu dalam keadaan bersih atau steril. Agar semua peralatan yang dipakai menjadi steril, alat-alat ersebut harus dicucihmakan dengan cara merendam dalam larutan desinfektan, lalu dicuci dengan air, selanjutnya dibilas dengan air panas dan dijemur.

3. TEKNIK PEMERAHAN

Di beberapa negara maju teknik pemerahan susu dilakukan dengan menggunakan mesin perah. Tetapi di negara-negara berkembang seperti di negara kita ini, pemerahan pada umumnya dilakukan secara alami, dikerjakan dengan menggunakan tangan.

Teknik pemerahan dengan tangan ini dibedakan menjadi dua macam, yakni:

  1. Dengan cara memegang pangkal puting susu antara ibu jari dan jari tengah. Caranya: kedua jari ditekankan serta sedikit ditarik ke bawah, sehingga air susu terpancar mengalir ke luar. Teknik semacam ini dilaksanakan bagi sapi-sapi yang memiliki puting pendek.
  2. Menggunakan kelima jari. Cara kerja teknik ini ialah: puting dipegang antara ibu jari dan keempat jari lainnya. Penekanan dengan keempat jari tersebut diawali dari jari yang paling atas kemudian diikuti oleh jari lain yang ada di bawahnya. Begitu seterusnya dengan cara yang sama dan diulang-ulang sampai air susu yang ada di dalam ambing memancar keluar, dan akhirnya seluruh susu yang berada di dalam ambing kosong sama sekali.

Walaupun sapi dapat diperah beberapa kali sehari namun pada umumnya hanya dilaksanakan dua kali sehari, yakni pagi dan sore. Setiap proses pemerahan dilakukan dengan secepat mungkin, sebab pemerahan yang terlalu lama akan menimbulkan efek yang kurang baik bagi sapi yang diperah.

Awal pemerahan harus dilakukan dengan hati-hati, lembut, dan pelan, kemudian dilanjutkan sedikit lebih cepat, sehingga sapi yang diperah tidak terkejut atau takut.

4. MASA LAKTASI

Masa laktasi adalah masa sapi sedang produksi. Sapi mulai berproduksi setelah melahirkan anak. Kira-kira setengah jam setelah sapi itu melahirkan, produksi susu sudah keluar. Saat itulah disebut masa laktasi dimulai. Namun, sampai dengan 4-5 hari yang pertama produksi susu tersebut masih berupa colostrum yang tidak boleh dikonsumsi manusia. Tetapi colostrum tersebut khusus untuk pedet, karena kandungan zat-zatnya sangat sesuai untuk pertumbuhan dan kehidupan awal.

Masa laktasi dimulai sejak sapi itu berproduksi sampai masa kering tiba. Dengan demikian, masa laktasi berlangsung selama 10 bulan atau kurang lebih 305 hari, setelah dikurangi hari-hari untuk memproduksi colostrum. Lebih jelasnya perhatikan skema pada halaman 96

Dengan demikian semasa laktasi yang berlangsung 309 hari ini diawali dengan produksi colostrum 4-5 hari, sehingga produksi susu biasa berlangsung 309 hari-4 = 305 hari. Akan tetapi produksi seekor sapi pada umumnya diawali dengan volume yang relatif rendah, kemudian sedikit meningkat naik sampai bulan kedua, dan mencapai puncaknya pada bulan ketiga. Selanjutnya, setelah melewati bulan ketiga produksi mulai menurun sampai masa kering. Menurunnya proudksi air susu dalam masa laktasi ini akan diikuti dengan peningkatan kadar lemak di dalam air susu.

Dilihat dari segi produksi susu, seekor sapi perah dapat dianggap mencapai kedewasaan produksi pada kira-kira umur lima tahun. Antara periode umur 5-10 tahun, volume produksi susu dalam suatu masa laktasi tidak banyak mengalami perbedaan yang mencolok. Pada periode tersebut produksi tertinggi dicapai pada saat sapi telah mencapai umur 7-8 tahun.

5. MASA KERING (KERING KANDANG)

Masa kering ialah masa-masa dimana sapi yang sedang berproduksi dihentikan pemerahannya untuk mengakhiri masa laktasi. Sesudah sapi mengalami masa laktasi selama lebih kurang 10 bulan, sapi dapat dihentikan pemerahannya untuk mempersiapkan masa produksi berikutnya. Masa kering ini pada umumnya diupayakan berlangsung 1½ - 2 bulan. Masa kering tersebut akan berakhir pada saat sapi yang bersangkutan melahirkan, karena beberapa saat kemudian sapi yang melahirkan tadi akan mengeluarkan air susu

6. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SUSU SELAMA MASA LAKTASI

Selama masa laktasi berlangsung, baik produksi susu masa laktasi pertama dan selanjutnya sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain oleh: faktor genetis, makanan, dan tatalaksana, yang satu sama lain saling mempengaruhi dan menunjang.

  1. Faktor genetis

Faktor genetis ini bersifat individual, yang diturunkan oleh tetua (induk dan bapak) kepada keturunannya. Faktor genetis ini juga bersifat baka, artinya sifat-sifat baik atau buruk dari tetua akan diwariskan pada keturunan berikutnya dengan sifat-sifat yang sama seperti sifat-sifat yang dimiliki oleh tetua. Faktor genetis ini akan menentukan jumlah produksi dan mutu air susu selama laktasi dengan komposisi zat makanan tertentu sesuai dengan yang dimiliki oleh kedua induknya. Jika produksi susu induk dan pejantan jelek, maka dengan tatalaksana dan makanan yang serba bagus pun tidak akan dapat memperbaiki produksi yang jelek dari warisan kedua induknya.

  1. Makanan

Sapi-sapi yang scara genetik baik akan memberikan produksi air susu yang baik pula. Akan tetapi, jika makanan yang diberikan tidak memadai, baik dari segi jumlah maupun mutu, maka untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup dan berproduksi akan dicukupi dengan mengorbankan persediaan zat-zat makanan yang ada di dalam tubuh dengan cara memobilisasikan zat-zat makanan yang tersimpan dalam jaringan tubuh mereka.

  1. Tata laksana

Tatalaksana yang baik dan sempurna merupakan salah satu upaya untuk mencapai kesuksesan usaha ternak sapi perah. Mengandalkan faktor genetis melulu tidaklah menjamin keberhasilan produksi. Sebab faktor genetis yang baik bukan jaminan terhadap jumlah produksi. Faktor genetik yang baik harus didukung dengan tatalaksana yang baik dan teratur. Tatalaksana pada masa laktasi yang perlu diperhatikan antara lain: rangsangan pemerahan, pengaturan kering kandang, pencegahan terhadap penyakit, frekuensi pemerahan, pengaturan kelahiran dan perkawinan (service period dan calving interval).

Hasil Air Susu

Susu sapi mengandung semua bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan anak sapi yang dilahirkan. Susu juga sebagai bahan minuman manusia yang sempurna, karena di dalamnya mengandung zat gizi dalam perbandingan yang optimal, mudah dicerna dan tidak ada sissa yang terbuang. Harga susu relatif lebih murah daripada bahan makanan lainnya dengan nilai gizi yang sama. Air susu sebagai salah satu sumber protein hewani sangat baik untuk kesehatan. Di samping itu, air susu sapi juga sangat baik untuk pertumbuhan bakteri. Oleh karena itu untuk mempertahankan sifat-sifat air susu yang baik perlu pencegahan terhadap kerusakan kualitas air susu.

Air susu perah yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

- bebas dari bakteri patogen

- bebas dari zat-zat yang berbahaya atau toxin seperti insektisida

- tidak tercemar oleh debu, feces, dan kotoran lainnya.

- Memiliki susunan yang tidak menyimpang dari ketentuan Codex Air Susu 1914. Misalnya BJ air susu lebih tinggi dari 1.028, kadar lemak lebih dari 2,7%

- Memiliki cita rasa yang normal yakni khas rasa susu, manis, segar.

Untuk menjaga kualitas susu sampai di tangan konsumen, maka Dinas Peternakan selalu melakukan pemeriksaan kualitas air susu secara berkala. Pemeriksaan kualitas air susu tersebut terutama pada: kadar lemak, protein, kebersihan air susu, uji berat jenis, uji alkohol, dan lain-lain.

Sehubungan dengan produk air susu ini, lebih lanjut akan dipelajari berbagai macam air susu, susunan air susu, higiene air susu, dan sifat-sifat air susu.

Berbagai macam air susu

Kita mengenal berbagai macam air susu, yang satu sama lain konsentrasi zat-zat yang terkandung di dalamnya berbeda-beda, sebab masing-masing sengaja diproses menurut tujuan yang berbeda pula. Kita mengenal berbagai produk susu, antara lain: susu segar, whole milik, susu skim, fortified milk, concentrated milk, dan susu kering.

  1. Susu segar

Susu segar ialah air susu hasil pemerahan yang tidak dikurangi atau ditambah apapun, yang diperoleh dari pemerahan sapi yang sehat secara kontinu sampai apuh.

Air susu yang sudah direbus, air susu yang sudah dicampur gula, dicampur dengan hasil pemerahan sebelumnya adalah bukan susu segar lagi. Demikian pula kalau air susu tersebut berasal daris api yang tidak sehat,ambing kena mastitis misalnya maka produk air susu tersebut tidak bisa dimasukkan kepada golongan susu segar. Air susu sisa pemerahan beberapa jam sebelumnya pun bukan susu segar lagi. Pemerahan yang tidak berlangsung secara terus menerus (kontinu) sampai apuh, saluran air susu pada puting tetap terbuka, sehingga mudah kemasukan kotoran atau terkontaminasi bakteri.

  1. Whole Milk

Whole milk: Raw milk, fresh milk sebenarnya susu segar yang setidak-tidaknya memiliki kandungan lemak 3,25 % dan bahan kering tiada lemak (solid non fat) 8,25%.

Whole milk ini kemudian dipasturisasi dengan maksud untuk membinasakan bakteri yang mendatangkan penyakit.

  1. Susu skim

Susu skim adalah susu segar yang dikurangi lemaknya menjadi 0,1%, sehingga susu bawah atau susu skim ini cocok untuk bayi.

  1. Fortified Milk

Fortified milk adalah susu segar yang ditambahkan dengan vitamin-vitamin dan mineral. Vitamin yang ditambahkan biasanya adalah vitamin D. Vitamin ini sangat penting untuk pembentukan tulang pada bayi. Sedangkan air susu itu sendiri sudah kaya akan unsur Ca dan P, maka tidak perlu ditambah unsur tersebut.

  1. Susu konsentrat

Susu konsentrat adalah susu segar yang dipanaskan di tempat khusus dengan maksud untuk mengurangi kadar air sehingga menjadi susu yang kental. Susu konsentrat dapat diberdakan menjadi dua yakni:

1) Susu kental tanpa gula (unsweetened condensed milk, evaporated milk)

Adalah air susu segar yang sebagian airnya, yakni kurang lebih separuhnya telah diuapkan di dalam ruang hampa pada suhu 125-130oF. Kemudian susu tersebut dimasukkan ke dalam kaleng susu (can) tertutup dan disterilkan pada suhu 240oF selama 15 menit.

2) Susu kental manis (sweetened condensed milk)

Adalah susu segar yang langsung ditambah gula terlebih dahulu kemudian diuapkan seperti pada susu kental tanpa gula. Kadar gula yang ditambahkan sebagai bahan pengawet adalah 40% -44%, sedangkan kadar lemaknya minimal 8,5% dan bahan kering tanpa lemak 28%. Susu kental ini tidak baik untuk bayi, karena kandungan lemaknya tinggi.

Kedua jenis susu kental ini dengan mudah dapat diperoleh di pasar-pasar, lebih-lebih susu kental dengan gula seperti produk indomilk, frisian flag, dan lain sebagainya. Susu konsentrat ini sudah dipasturisasi dalam keadaan homogen.

Untuk memperoleh susu kental menjadi susu yang siap dikonsumsi diperlukan tambahan air sebanyak dua kali lipat dari susu kental. Atau dengan kata lain perbandingan antara susu kental dan air adalah 1:2. Dengan cara ini akan diperoleh susu cair yang nilainya sama dengan susu segar.

  1. Susu kering (susu tepung)

Susu tepung meliputi susu tepung whole (whole milk) dan susu skim tepung. Susu whole tepung adalah susu segar yang semua airnya diuapkan sehingga tinggal tepung saja, kadar airnya tinggal 2%. Sedangkan susu skim tepung adalah hasil dari susu segar yang kadar lemaknya telah dikurangi tinggal 0,1% dan airnya diuapkan hingga tinggal 3%. Karena susu skim tepung ini kandungan proteinnya tinggi dan kadar lemaknya rendah, maka susu tersebut cocok untuk bayi atau anak-anak yang sedang tumbuh.

Perkandangan

Sapi perah harus selalu diawasi dan dilindungi dari aspek-aspek lingkungan yang sekiranya merugikan. Termasuk aspek-aspek lingkungan yang merugikan sapi perah antara lain: angin kencang, terik matahari, air hujan, suhu udara malam hari yang dingin, gangguan binatang buas, dan pencuri. Oleh karena itu, peternak sapi dituntut untuk menyediakan bangunan kandang yang dpat mengamankan sapi terhadap kondisi lingungan yang kurang menguntungkan. Di samping bangunan kandang ini memberi jaminan terhadap kesehatan dan kenyamanan hidup sapi, kandang juga sangat menunjang tatalaksana. Tanpa kandang peternak sangat sulit melakukan kontrol, pemberian makanan, pengawasan, memerah, memandikan, mengumpulkan kotoran, usaha higienisasi, dan sebagainya.

Meningat bahwa kandang sangat menunjang kenyamanan, keamanan, kesehatan ternak, dan mempermudah tata laksana, maka semua bangunan kandang baik bentuk maupun konstruksinya perlu dipersiapkan dan dipikirkan sungguh-sungguh seingga dari segi teknis memenuhi persyaratan.

1. Syarat-syarat kandang

Bangunan kandang harus memberikan jaminan hidup yang sehat, nyaman bagi sapi dan tidak menimbulkan kesulitan dalam pelaksanaan tata laksana. Oleh karena itu, konstruksi, bentuk, macam kandang harus dilengkapi dengan ventilasi yang sempurna, dinding, atap, lantai, tempat pakan, tempat air minum, drainase, dan bak penampungan kotoran.

  1. Ventilasi

Ventilasi harus berfungsi dengan baik sehingga keluar masuknya udara dari dalam dan luar kandang berjalan sempurna. Pengaturan ventilasi yang sempurna berarti memperlancar pergantian udara di dalam kandang yang kontor dengan udara yang bersih dari luar. Jika ventilasi sempurna, maka ruangan kandang tidak akan pengap, lembab, kotor, berdebu, berbau, dan panas. Pengaturan ventilasi yang baik merupakan kunci dalam menciptakan kondisi ruangan kandang yang sehat. Ventilasi kandang untuk sapi perah di daerah tropis cukup ventilasi alami, yang pengadaannya erat sekali dengan perlengkapan dinding terbuka atau semi terbuka.

  1. Dinding

Dibedakan antara dinding pembatas sekeliling kandang dan dinding penyekat. Bagi sapi-sapi yang dipelihara secara intensif pada umumnya selalu dipakai suatu konstruksi dinding pembatas di sekelilingnya dan dinding penyekat yang memisahkan sapi yang satu dengan yang lain.

a) Dinding pembatas sekeliling kandang

Batas di sekeliling kandang dapat dilengkapi dengan dinding atau tanpa dinding (dinding terbuka), tergantung dari kondisi iklim setempat. Tempat yang selalu bertiup angin langsung ke dalam kandang, maka batas di sekeliling kandang lebih baik dilengkapi dengan dinding. Dinding untuk kandang sapi perah pada umumnya dibangun setinggi 1,5 meter, atau di atas punggung sapi. Bangunan dinding semacam ini disebut dinding semi terbuka. Konstruksi bangunan dinding semi terbuka, ataupun yang terbuka sangat menguntungkan, karena dapat:

- Memberi jaminan bagi kelancaran pergantian udara di dalam kandang

- Memberi kesempatan masuknya cahaya matahari, terutama cahaya matahari pagi.

Sinar pagi

Masuknya cahaya matahari di pagi hari ke dalam ruangan kandang sangat penting, sebab sinar pagi sifatnya tidak menggigit kulit ternak karena belum begitu panas. Sinar pagi tersebut, khususnya sinar ultraviolet, sangat menunjang pembasmian kuman. Di samping itu, cahaya matahari pagi juga sangat membantu proses pembentukan vitamin D di dalam tubuh ternak, serta mempercepat proses pengeringan laintai yang basah setelah lantai dibersihkan dengan air, dicuci ataupun karena sapi-sapi habis dimandikan. Dengan demikian lantai akan cepat kering.

b) Dinding penyekat

Pengaturan ukuran kandang yang tidak melebihi kapasitas akan dapat menjamin kesehatan dan kenyamanan sapi. Sebagai pedoman ukuran luas untuk seekor sapi perah dewasa ialah 1,2 x 1,75 m2. Setiap ruangan bagi seekor sapi dewasa sebaiknya diberi dinding penyekat untuk memisahkan sapi yang satu dengan yang lain. Dinding penyekat ini dapat dibuat dari tembok, besi bulat (pipa air) ataupun berasal dari bahan kayu dan bambu. Dengan adanya dinding penyekat iini dimaksudkan agar setiap sapi yang menghuni ruangan itu tidak terganggu satu dengan yang lain, sehingga masing-masing merasa lebih aman. Dengan penyekatan tersebut paling tidak dapat mengurangi atau menghalangi sapi-sapi yang sering memiliki perangai agak nakal.

Ukuran dinding penyekat dapat dibuat pada bagian depan yakni tempat ransum 1,25 meter, belakang 0,75 meter. Lebih jelasnya perhatikan gambar 34.

  1. Atap

Atap berfungsi untuk melindungi sapi dari terik matahari dan air hujan, juga berfungsi untuk menjaga kehangatan sapi yang menghuni kandang pada malam hari, serta menahan panas yang dihasilkan oleh tubuh hewan. Tanpa atap kehangatan di kandang di malam hari tidak akan terjamin, kondisi menjadi sangat dingin karena sebagian panas dalam ruangan akan hilang ke atas pada malam hari.

Agar supaya air hujan dapat meluncur di atas atap dengan lancar, maka konstruksi atap harus dibuat miring. Sudut kemiringan atap diusahakan sekitar 30o, bagian yang rendah mengarah ke belakang.

Ada berbagai macam bahan pembuat atap yang dapat dipergunakan, seperti asbes, seng, genteng ataupun bahan lain. Namun, atap dari genteng dirasa lebih baik, karena genteng lebih awet, relatif murah, tidak banyak menyerap panas dan udara dari luar dapat masuk melalui celah-celah.

Kandang yang beratapkan seng akan mengakibatkan ruangan di dalam menjadi lebih panas pada waktu siang hari, dan pada malam hari menjadi sangat dingin. Bahan yang lain seperti daun kelapa ataupun rumbia harganya cukup murah, akan tetapi banyak resiko karena mudah terbakar, tidak tahan lama dan mudah menjadi sarang tikus.

  1. Lantai

Lantai sebagai tempat berpijak dan berbaring sapi sepanjang waktu harus benar-benar memenuhi syarat: keras (dalam arti tahan injak), rata, tidak licin, tidak mudah menjadi lembab. Lantai yang memenuhi syarat akan menjamin kehidupan sehingga proses fisis biologis seperti memamah-biak, bernafas dan lain sebagainya akan berjalan dengan normal. Lantai yang rata dan tidak tajam akan membuat sapi dapat berdiri tegak, berbaring secara bebas, dan nyaman.

Lantai yang kasar atau tajam dapat menimbulkan kulit menjadi lecet sehingga mudah dimasuki organisme atau kuman ke dalam tubuh sapi. Sebaliknya, lantai yang licin dapat menyebabkan sapi mudah tergelincir. Lantai yang selalu lembab dan becek dapat mengganggu pernafasan sapi dan menjadi sarang kuman. Supaya air mudah mengalir atau kering, lantai kandang harus diupayakan miring. Kemiringan lantai kandang 2-3 cm.

  1. Tempat makan dan tempat air minum

Tempat makan dan tempat air minum merupakan perlengkapan kandang yang harus ada. Tempat makandan tempat air minum dapat terbuat dari papan berbentuk kotak ataupunember plastik. Kandang yang disekat-sekat dengan pembatas sebaiknya dilengkapi tempat makan dan air minum dari beton semen secara individual. Masing-masing dibuat dengan ukuran 80x50 cm2 untuk tempat makan dan 40x50 cm2 untuk air minum

  1. Parit/Drainase

Agar air pembersih kandang dan air untuk memandikan sapi mudah mengalir menuju ke bak penampungan, maka lantai bagian belakang dan di sekeliling kandang harus dilengkapi parit dengan ukuran lebar 20cm dan kedalaman 15 cm. Dengan adanya parit, maka air pembersih lantai, air untuk memandikan sapi, air kencing, dan sekaligus kotoran sapi mudah terkumpul di dalam bak penampungan kotoran.

  1. Letak bangunan kandang

Penempatan bangunan kandang sapi hendaknya mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan sebagai penunjang kelangsungan usaha peternakan, baik ditinjau dari segi ternak yang dipiara ataupun dari pihak peternak sendiri. Bagi peternak sendiri bangunan kandang harus dapat memberikan keuntungan ekonomis yang lebih tinggi. Sedangkan bagi ternak, bangunan kandang harus menjamin kesehatan. Faktor-faktor ekonomis ini terutama menyangkut transportasi hasil produksi, penyediaan pakan dan air, pengawasan faktor higienis. Oleh karena itu, untuk mempermudah, menghemat tenaga, dan beaya pemasaran, kandang harus dibangun di lokasi yang dekat pasar atau konsumen, sehingga ongkos transportasi dapat ditekan.

Untuk kemudahan penyediaan pakan, kandang dapat dibangun di dekat areal pertamanan rumput dan di daerah tersebut banyak diusahakan tanaman pangan yang menghasilkan produk ikutan seperti katul, bungkil dan lain sebagainya. Kandang harus dibangun dengan sumber air, sebab sapi perah memerlukan air untuk minum, pembersih lantai, dan memandikan sapi.

Dekat dengan petugas

Kandang yang dibangun dekat petugas akan mempermudah dan memperlancar jalannya pengawasan kesehatan, keamanan, dan tatalaksana.

Faktor higiene

Faktor higiene lingkungan sekitar sangat penting bagi sapi yang dipiara ataupun bagi peternak. Oleh karena itu, untuk dapat memberi jaminan kesehatan pada sapi dan lingkungan sekitar, higiene lingkungan perlu diindahkan. Peternak dalam membangun kandang harus mengindahkan lingkungan yang bersih dan aman.

Mengingat faktor higiene sangat penting, maka kandang harus dibangun dan ditempatkan:

- Jauh dari pemukiman penduduk

- Di tempat yang lebih tinggi dari sekitar, sehingga air tidak menggenang di sekitar kandang

- Di tempat yang tidak terlalu tertutup oleh pepohonan yang rindang. Sinar matahari dan sirkulasi udara dengan lancar masuk ke dalam ruangan kandang. Di suatu daerah yang tertutup oleh pepohonan besar, kondisi ruangan menjadi lembab, sehingga kondisi ruangan kurang sehat. Jika hendak ditanam pepohonan, seharusnya agak jauh dengan bangunan kandang.

Kandang untuk pedet sampai dengan umur satu bulan, harus dilengkapi tempat makan individual, ventilasi sempurna, cahaya cukup, dan ruangan hangat. Agar lantai kandang hangat perlu diberi tilam dari jerami atau papan atau bilah-bilah kayu yang agak rapat. Jika pedet telah mencapai umur enam minggu alas lantai dapat ditiadakan.

2. BERBAGAI MACAM KANDANG

Ditinjau dari fungsinya, kandang sapi perah dapat dibedakan menjadi kandang: induk, pedet, pejantan, isolasi. Masing-masingkandang tersebut memiliki ukuran dan konstruksi yang satu sama lain beda.

  1. Kandang sapi induk

Kandang untuk sapi induk dewasa, pada umumnya adalah kandang konvensional, sehingga setiap induk akan memperoleh ruangan dengan ukuran yang sama, panjang 1,75 meter dan lebar 1,2 meter serta dilengkapi tempat makan dan minum, masing-masing dengan ukuran 80x50 cm dan 50x40 cm. Pada kandang konvensional ini setiap ruang dibatasi dinding penyekat berupa tembok, pipa air dan lain sebagainya.

Kandang untuk induk dewasa juga dapat dipakai untuk sapi-sapi dara.

  1. Kandang pedet

Konstruksi kandang pedet berbeda dengan kandang sapi dewasa, terutama mengenai perlengkapan dan ukuran luas kandang. Kandang pedet dapat dibedakan antara kandang individual dan kelompok.

a) Kandang pedet individual

Setiap ruangan kandang cukup dipisahkan dengan sekat-sekat yang berasal dari bahan besi atau pipa-pipa bulat, ataupun bambu dan kayu yang dibentuk sedemikian rupa sehingga tidak melukai kulit pedet; tinggi penyekat cukup 1 meter.

Keuntungan sekat semacam ini dibadnignkan dengan sekat tembok ialah:

· Sirkulasi udara dalam ruangan lebih terjamin

· Sekat model ini pada suatu ketika mudah dilepas untuk memperlebar ruangan jika pedet sudah meningkat besar.

Ukuran kandang individual untuk pedet umur 0-4 minggu adalah 0,75 × 1,5 m2 dan umur 4-8 minggu 1,0 × 1,8 m2.

b) Kandang pedet kelompok

Pedet yang sudah besar dapat dimasukkan atau dipelihara dalam kandang kelompok yang juga dilengkapi dengan tempat makan dan tempat minum secara individual sehingga mereka mendapatkan makanan dan minuman secara merata, dan tidak terganggu satu sama lain. Pedoman ukuran atau kapasitas kandang kelompok untuk pedet umur 4-8 minggu adalah 1 m2/ekor, dan umur 8-12 minggu adalah 1,5 m2/ekor. Ketinggian dinding keliling 1 meter. Setiap kelompok sebaiknya tidak melebihi dari 4 ekor. Kelompok kecil lebih baik daripada kelompok besar, karena dapat menekan penyebaran penyakit, terutama scours.

  1. Kandang Pejantan

Sapi pejantan pada umumnya dipelihara secara khusus, agar kondisinya selalu dalam keadaan prima. Oleh karena itu, kandang untuk pejantan harus disediakan secara khusus, dengan ukuran lebih luas daripada kandang induk dan konstruksinya lebih kuat. Sedangkan perlengkapan lainnya sama dengan kandang induk.

  1. Kandang Isolasi

Kandang isolasi adalah kandang yang khusus untuk sapi-sapi yang menderita sakit. Kandang isolasi ini letaknya harus terpisah jauh dari kandang-kandang sapi yang sehat. Tujuannya adalah agar infeksi penyakit yang diderita tidak mudah menular pada kelompok sapi yang sehat, dan penderita sendiri tidak terganggu oleh kelompok sapi yang sehat.

3. Tipe Kandang

Kandang sapi perah dapat dibedakan menjadi dua tipe, yakni:

a. Kandang tipe tunggal

Konstruksi kandang tipe ini memiliki bentuk atap tunggal atau terdiri satu baris kandang. Dengan demikian sapi yang ditempatkan di kandang ini mengikuti bentuk atap yang hanya satu baris.

b. Kandang tipe ganda

Konstruksi kandang tipe ini memiliki bentuk atap ganda atau dua baris yang saling berhadapan. Sapi ditempatkan di kandang tipe ini terdiri dari dua baris; posisinya dapat saling berhadapan ataupun saling bertolak belakang. Sapi yang ditempatkan saling berhadapan, maka antara kedua baris kandang tersebut harus diberi gang sebagai jalan pada saat memberi makan ataupun pada saat melakukan pengawasan dan lain sebagainya. Sedangkan sapi yang ditempatkan saling bertolak belakang, maka di hadapan sapi harus disediakan gang pula. Dengan demikian untuk sapi yang ditempatkan saling bertolak belakang jumlah gangnya ada dua baris yang fungsinya sama seperti gang yang berada di antara kedua baris kandang yang sapinya berhadap-hadapan.

Baik bentuk kandang tunggal ataupun ganda, kedua-duanya dapat menggunakan sekat pemisah sebagai sistem kandang konvensional, atau tanpa sekat pemisah sama sekali (kandang bebas). Konstruksi kandang tipe tunggal ataupun ganda yang masing-masing dengan sistem konvensionalnya atau bebas sama sekali tidak mengikat peternak, tergantung dari ketersediaan lokasi, biaya yang tersedia (segi ekonomi), selera, populasi sapi yang akan dipelihara, dan lain sebagainya.